Sumber : Jurnalis Senior Kemenag Jabar | Editor : Syahidin
Tasikmalaya, warpol.id || Sebuah kenangan yang saya simpan dan tidak bisa dilupakan, adalah keterlibatan saya sebagai wartawan dalam peristiwa/kegiatan napak tilas longmarch Kodam Siliwangi.
"Acara itu berlangsung dalam rangka Ulang Tahun Kodam Siliwangi ke 28, 20 Mei 1974".
Sebagai wartawan saya meliput kedatangan rombongan napak tilas itu di Kecamatan Rancah kabupaten (waktu itu) Ciamis.
Di sana hadir banyak pejabat mulai tingkat provinsi (Jawa Barat) serta beberapa bupati dan wali kota.
Ada Gubernur Solihin GP, Pangdam Mayjen Aang Kunaefi dan Kapolda Soeradi Permana.
"Para peserta napak tilas itu selain tentara, juga ada masyarakat sivil yang ikut. mereka telah menempuh perjalanan jauh dari Yogyakarta ke Jawa Barat, Perjalanan repleksi sejarah yang tentu melelahkan itu, berakhir di kecamatan Buahdua kabupaten Sumedang."
Longmarch pasukan Siliwangi yang sesungguhnya, terjadi tanggal 20 Desember 1949.
sehari setelah penyerbuan tentara Belanda ke kota Yogyakarta, ibu kota sementara Republik Indonesia.
Dalam perjanjian Renville yang berlangsung tanggal 8 sampai 17 Januari 1949 disepakati gencatan senjata antara tentara Belanda dan Indonesia. Dalam perjanjian di kapal renville milik Amerika yang sedang sandar di Tanjung Priok, Belanda hanya mengakui kedaulatan Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera. Selebihnya merupakan wilayah kekuasaan Belanda.
Tetapi Belanda mengingkari perjanjian itu. Tanggal 19 September mereka secara tiba tiba menyerang kota Yogyakarta dengan pesawat udara. Peristiwa itu dikenal dengan nama agresi Belanda atau perang Kolonial ke II.
"Panglima perang RI Jendral Sudirman, memerintahkan pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat dan menguasai kembali Jawa Barat dan Jakarta. Dan itulah yang dikenal dengan nama Longmarch. menurut KBBI, longmarch adalah perjalanan jarak jauh."
Memang longmarch pasukan Siliwangi yang dimulai tanggal 20 Desember 1949 itu menempuh perjalanan panjang, sekitar 600 km. Dan itu merupakan perjalanan yang penuh tantangan dan penderitaan.
Selain dibombardir oleh Belanda, mereka dihadang tentara DI-TII yang didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (SMK), tanggal 9 Agustus 1949.
Tak hanya itu mereka juga harus melintasi banyak sungai yang dalam dan deras. Beberapa diantaranya ada yang dihuni buaya.
JC Priensen tentara Belanda yang belot ke Indonesia menyebut perjalanan itu tak hanya memerlukan fisik, tetapi juga mental dan moral yang kuat.
Tiba di Jawa Barat, pasukan Siliwangi ditugasi menumpas gerombolan DI-TII. Gerakan separatisme itu didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di desa Cisayong kecamatan Ciawiligar kawedanan Cisayong tanggal 9 Agustus 1948.
Sejak awal SMK menolak hasil perjanjian Renville yang mengharuskan Pemerintah RI meninggalkan Jawa Barat dan hijrah ke Yogyakarta.
Peristiwa agresi militer Belanda ke Yogyakarta, menjadi alasan kuat bagi SMK untuk membangun angkatan perang dengan nama Tentara Islam Indonesia (TII).
"Butuh waktu 13 tahun, Siliwangi untuk menghancurkan DI-TII, Tanggal 4 Juni 1962 SMK diringkus tentara Siliwangi. SMK dan anaknya Mohamad Darda ditangkap pasukan Kompi C Batalyon 328 dibawah pimpinan Letda Suhanda, di Gunung Geber Majalaya kabupaten Bandung."
Dengan demikian tamatlah gerakan separatisme DI TII. Padahal mereka sempat invasi ke beberapa daerah, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Aceh.
Panglima Kodam Siliwangi waktu itu Mayjen Ibrahim Adji menjadi tenar dengan peristiwa penangkapan SMK itu.
Dirgahayu 79 tahun Kodam III Siliwangi. Esa Hilang Dua terbilang.***
Posting Komentar