BUKU DAN MINAT BACA

Sumber : Jurnalis Senior Kemenag Jabar | Editor : Syahidin

 BUKU DAN MINAT BACA
Oleh : Dedi Asikin 

Tasikmalaya, warpol.id || Ada sebuah ungkapan Melayu yang sering diucapkan orang, berbunyi : buku itu jendela dunia. Ungkapan itu sesungguhnya simbol bahwa semua orang harus membaca buku.

"Buku itu sumber segala informasi, buku itu lumbung ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku, orang bertambah cakrawala pengetahuannya, semakin kritis cara berfikirnya, makin luas kausa katanya serta makin tinggi pemahaman baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi."

Di tengah perkembangan teknologi modern sekarang ini, ungkapan itu masih tetap relevan. Buku, baik dalam bentuk cetak maupun digital tetap menawarkan informasi dan pengetahuan yang luas. 

Tiap halaman yang dibaca serasa membawa kita ke ruang cakrawala yang luas, yang memungkinkan kita mengekplorasi masa lalu, masa kini bahkan membayangkan masa yang akan datang.

Tapi ingat, buku itu benda mati. Dia akan tetap diam membisu, tidak menawarkan apa apa. Kecuali bagi orang yang membukanya dan membacanya.

"Hari buku Nasional yang diperingati sejak tahun 2002 bersamaan dengan Hari Perpustakaan Nasional, menuntut peningkatan minat dan kebiasaan membaca (interst and habbit of reading)."

Namun sayang, kata Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation).

Organisasi sayap PBB yang didirikan 16 Nopember 1945 itu, tahun 2023 merilis bahwa minat baca bangsa Indonesia masih rendah. Disebut bahwa hanya 0,001% atau hanya satu dari seribu orang Indonesia yang masih senang membaca.

Lalala kumaha eta ustadz Engkos ?

Bahaya eta mah, Gimana bisa melihat ilmu dari kaca jendela.

Bagaimana mana bisa ngomong bahwa buku adalah jendela dunia, wong jendelanya gak dibuka buka.

Berikut ini adalah pengalaman saya tentang membaca itu.

Yang tepat bagi saya pribadi itu cuma kebiasaan, bukan kesenangan.

Kebiasaan membaca saya sebenarnya kerena ada perkosaan. Yang sebenarnya saya senangi adalah menulis.

Kesenangan menulis itu yang memperkosa kebiasaan saya membaca. Untuk bisa menulis, saya harus membaca.

Dulu yang jadi bacaan adalah produk conventional penerbit/pencetak buku. Di rumah di Bandung, dulu ada dua lemari tempat khusus menyimpan buku buku.

"Kini setelah ada teknologi digital, mainan saya adalah google play atau AI (Artificial Intelijence) atau kecerdasan buatan."

Kedua mesin pencari itu ( yang katanya produk orang Yahudi) bukan main trengginasnya. Bertanya apa saja dalam hitungan detik mereka sudah memberi jawaban. Delapan puluh persen insyaallah accurat.

Saya tidak berniat berargumen bahwa buku sekarang bisa bertranformasi menjadi digital. Saya merasa dalam kaitan Hari Buku Nasional yang paling relevan adalah menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca. Boleh dari perangkat konvensional ( buku) atau dari perangkat digital.

Selamat Hari Buku Nasional.

Mari membaca untuk melihat dunia dari kaca jendela.***

0/Post a Comment/Comments

WARPOL
WARPOL

POLRI PRESISI

WARPOL

TOTAL VISITS :

BISON, BLITZ

WARPOL
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA

MOLLAR PROFESSIONAL

WARPOL
BERKUALITAS DAN TERPERCAYA