Sumber : Jurnalis Senior Kemenag Jabar | Editor : Syahidin
Tasikmalaya, warpol.id || Mana tahu tulisan ini ada relevansinya dengan keresahan banyak pondok pesantren berkait dengan keputusan gubernur Jawa Barat menghapus dana hibah, padahal sudah diputuskan dalam APBD 2025.
Begini ceritanya, tahun 2013, kami Kelompok Kerja Wartawan liputan Kementerian Agama dan aktivis LSM ELPAGA (Elemen Masyarakat Pemerhati Kementerian Agama dan Masalah Keagamaan ), mengadakan acara tour de Pasantren.
"Ada sekitar 40 pondok di Jawa Barat dan Jakarta Raya yang kami kunjungi selama hampir 1 bulan."
Ada beberapa catatan tentang kondisi pondok pesantren pada saat itu yang kami lihat. Intinya 90% dalam keadaan prihatin :
- Pondok/kobong kumuh, bangunan tua dan reyot,
- Kamar sempit dihuni berdesak desakan. Kamar ukuran 3 x 3 meter dihuni 10 orang' berjejalan kaya ikan dalam kaleng sarden,
- Kebersihan dan kesehatan santri tidak terjamin,
- Air bersih yang higienis tidak mencukupi,
- Sarana dan prasarana belajar tidak memadai,
- Pola belajar masih menggunakan cara tradisional, sorogan dan bandungan dengan menggunakan kitab kuning (salafiyah),
- gaji / honor guru (ustadz) sangat minim. Banyak mereka yang meninggalkan pondok pergi ke kota mencari pekerjaan,
- uluran pemerintah kecil sekali jika tidak bisa disebut tidak ada sama sekali,
- lulusan pondok pesantren tidak setara dengan lulusan pendidikan umum sehingga mereka susah melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan.
Kondisi itu saya tulis dalam bentuk buku berjudul "No'ong Kobong" (terbit 2015).
Elpaga yang saya pimpin, mengirim surat kepada presiden (Joko Widodo).
Keadaan itu tidak sebanding dengan peran mereka (kiyai, santri dan masyarakat pesantren) dalam ikut perjuangan mencapai kemerdekaan republik ini.
"Peran mereka itu besar sekali. Perang Aceh, Padri, pemberontakan petani Banten, perang Diponegoro, atau perang Sukamanah yang dipimpin KH. Zaenal Mustofa, semua melibatkan kiyai dan santri."
Begitu pula perang 10 Nopember 1935 di Surabaya melawan tentara sekutu dan Belanda.
Ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di tanah Jawa ikut mempertaruhkan nyawa disana.
Dari Jawa Barat ada dua pasukan (Buntet dan Babakan Caringin) berangkat ke Surabaya dengan menggunakan kereta api.
"Dengan surat No.01/Elpaga/III/2015) tanggal 3 Maret 2015, Elpaga meminta perhatian pemerintah/presiden agar memberi perhatian dan dukungan lebih kepada pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam."
Tanpa berniat mempertontonkan jasa kami melihat respon Pemerintah begitu positif.
Tanggal 15 Oktober 2015 presiden Jokowi menanda tangani Keppres 22 tahun 2015 tentang penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.Tanggal 22 Oktober itu diambil dari momen resolusi jihad yang dikeluarkan oleh para kiyai NU dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari. Resolusi jihad itu memfatwakan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah wajib hukumnya .
Berkat fatwa itulah ribuan santri dan Kiyai berdatangan ke Surabaya, perang dan menang. Panglima perang tentara sekutu Brigjen AJ Mallaby tertembak mati dan akhirnya mereka ditarik pulang.
Lalu pada tanggal 16 Oktober 2019 keluar UU No.18 tentang pesantren.
Kami tahu, banyak orang berbicara dan berbuat , bukan hanya kami. Partai PKB misalnya sangat intens berjuang untuk lahirnya UU pesantren itu.
Selain itu, pemerintah juga menggulirkan BOP (Bantuan Operasional Pendidikan) untuk pondok pesantren dan bea siswa santri berprestasi.
Pemda Provinsi Jawa Barat, sejak gubernur Ahmad Heryawan meluncurkan program pembangunan seribu Kobong setiap tahun.
Bantuan dalam bentuk hibah juga berdatangan dari perorangan, perusahaan Swasta maupun BUMN .
Juga dari luar negeri seperti Saudi Arabia, Qatar dan Jepang.
"Pesan moral yang mengemuka terutama pasca viralnya berita Gubernur Jawa Barat menghapus 99% dana hibah tahun 2025 adalah, jangan palingkan muka dari kiyai dan pondok pesantren."
Mereka telah berjuang dan berbuat banyak untuk kemerdekaan negeri ini.
Ada yang berpendapat bahwa jika tidak ada keterlibatan Kiyai, santri dan masyarakat pesantren, mungkin Indonesia belum merdeka tanggal 17 Agustus 1945
Atau jangan-jangan sampai sekarang belum merdeka.bAh itu mah pandangan yang terlalu skeptis atuh.
Masa segitunya ?.
Jangan lupakan tangan Tuhan. Kata rosul, takdir itu akhir dari ikhtiar dan doa. Dan itulah (ikhtiar dan doa) yang sudah kita lakukan, dan taqdir Allah pun turun, Kita merdeka 17 Agustus 1945.
Subhanallah wa Alhamdulillah.***
Posting Komentar